Minggu, 19 Februari 2012

PEMBUNUH MISTERIUS

We’re not realize what we had, until it’s gone.

Kalimat diatas nampaknya sangat populer di kalangan orang banyak. Tidak hanya karena kalimat tersebut sering digunakan dimana-mana, tapi juga karena telah banyak orang yang mencicipi rasanya kehilangan atau penyesalan akibat kurang mensyukuri atau kurang menjaga segala sesuatu yang dimiliki.

Bagi saya, kehilangan tersebut juga berarti kehilangan seseorang, seorang yang dekat di hati yang sudah menorehkan banyak kenangan dalam memori. Tangis yang menggeru-geru, nafsu makan yang menurun drastis, kehilangan semangat dan arah hidup, mampu menggambarkan betapa beratnya kehilangan seseorang ini.

Minggu lalu, Paman yang dicintai menutup mata untuk meninggalkan dunia ini selama-lamanya. Beliau dibunuh oleh pembunuh kejam yang menyusup dalam kehidupannya tanpa permisi, yang membunuh Paman secara perlahan dan diam-diam, menggerogoti kesehatan dengan menyakitkan. Si pembunuh itu bertanggung jawab atas 25% kematian di Amerika Serikat, dan di Indonesia Ia menyabet prestasi pembunuh manusia terbanyak dengan peringkat ketiga. Pembunuh itu biasa dikenal oleh masyarakat dengan nama: Kanker.

Paman saya, seorang yang sangat aktif, lincah, dan energik. Tidak ada yang mengira almarhum mengidap penyakit Kanker yang menyerang Kelenjar Getah Bening (KGB) di tubuhnya sejak 5 tahun yang lalu. Pribadinya yang menarik, pekerja keras, disiplin, namun pengasih dan perhatian, membuat kariernya menanjak cepat. Di usianya yang masih terbilang muda, 42 tahun, beliau telah menduduki posisi Vice President di salah satu Bank swasta konvensional yang ternama di negeri ini. Namun siapa yang menyangka, semuda itu pula beliau meninggalkan dunia ini.

Kepergian Paman cukup memperlihatkan kepada saya bahwa kekuasaan Tuhan memang teramat besar, jika Ia sudah berkehendak, sekeras apapun usaha manusia, tak akan mampu melawannya. Walaupun paman rajin berolahraga secara teratur dan menerapkan pola hidup sehat, terbukti beliau tidak bisa mengelak dari ajal yang telah ditentukan oleh Tuhan.

Akhir November tahun lalu, Kanker yang diidapnya divonis dokter telah mencapai stadium empat, yang berarti sudah berada dalam fase kritis dan bisa jadi klimaks seseorang dalam kehidupannya. Miris, karena saat itu kami sekeluarga baru saja mengetahui bahwa Paman mengidap Kanker, dan ternyata si pembunuh itu telah bersarang di tubuh paman hingga ke tingkat terganas. Kala itu, dokter dengan ilmunya mengatakan Paman akan hidup untuk lima tahun kedepan saja. Tetapi, sekali lagi, manusia hanya bisa memprediksi, Paman pulang ke haribaan tidak sampai tiga bulan setelah divonis mengidap Kanker.

Tak akan pernah terlupakan setiap kebaikan yang Paman telah lakukan. Hal-hal kecil dan manis untuk keluarga, perhatian dan kasih sayang, sifatnya yang selalu berbagi pada sesama, kerja keras dan keuletannya dalam bekerja, saya yakin itu semua dapat menjadi inspirasi tidak hanya bagi saya, tapi juga bagi orang-orang yang pernah mengenalnya. Benih apa yang kita tabur, itu juga yang akan kita panen. Hal ini menjadi pengingat, apa yang telah saya persiapkan untuk dunia jika saya pergi? Akan diingat sebagai orang yang seperti apakah saya nanti jika tubuh ini telah menyatu dengan tanah?

Mengenai si pembunuh, pada dasarnya, setiap manusia memiliki bibit terkena penyakit kanker di dalam tubuhnya. Bibit ini jika diibaratkan sama dengan singa yang sedang tidur, amat ganas jika terbangun. Ada dua faktor yang menyebabkan bangunnya singa ganas ini, yakni faktor lingkungan, dan faktor genetik (keturunan). Tergolong dalam faktor lingkungan adalah faktor eksternal seseorang, seperti merokok, diet atau obesitas, infeksi, radiasi, aktivitas fisik berlebihan, polusi lingkungan, dan yang tak diduga orang banyak: stres, rupanya hal ini juga bisa memicu kanker.

Saya yakin, setiap orang berhak untuk bahagia, bernafas lebih lama, berkumpul bersama keluarga lebih lama, menjalin kasih dengan orang-orang tercinta lebih lama. Ah, seandainya itu bisa terjadi untuk paman saya, ingin rasanya saya mengundur waktu. Setidaknya paman mungkin akan lebih senang jika melihat saya telah diwisuda. Namun, tidak perlu ada yang disesali, mungkin ini adalah rencana yang telah digariskan oleh Tuhan dalam hidup paman dan orang-orang yang mengenalnya, mengingatkan bahwa kematian itu sangat dekat dengan kita lebih dari urat nadi sendiri, mengingatkan untuk berkumpul dengan keluarga atau menghabiskan waktu dengan orang-orang yang dicintai lebih intens, mengingatkan untuk selalu berbuat baik dan berbagi pada orang-orang karena bisa jadi mereka yang akan datang mendoakan kita saat jasad kita telah dimakamkan, dan mengingatkan pada orang-orang bahwa penyakit kanker benar-benar pembunuh misterius yang mampu menyebabkan sebuah perpisahan untuk selamanya.

Selamat Hari Anti-Kanker se-Dunia, 5 Februari 2012, semoga kita dan orang-orang yang kita sayangi selalu terjaga dari si pembunuh ini, Amin.

(18 Februari 2012. In memoriam, Paman terkasih, Agus Suryanto. Selamat bersenang-senang di Surga, ya!)

2 komentar:

Faris Marino mengatakan...

RIP pamannya fay, may the force be with him...

Fajar Sulistyaningsih mengatakan...

makasih kak :D