“Unrequited Love, atau cinta yang tak berbalas, adalah hal yang paling
bisa bikin kita ngais tanah. Untuk tahu kalau cinta tak berbalas, rasanya
seperti diingatkan bahwa kita tidak pantas untuk mendapatkan orang tersebut.
Rasanya, seperti diingatkan bahwa kita, memang tidak sempurna, atau setidaknya
tidak cukup sempurna untuk orang tersebut.” (Raditya Dika)
Penggalan
kalimat diatas saya temukan pagi ini di display picture BlackBerry Messenger
milik seorang teman. Si teman, laki-laki sebaya yang bisa dibilang cukup sukses
di usianya dan memiliki segalanya, rupanya juga terjangkit virus penyakit
galau. Penyakit yang tampaknya sudah menjadi fenomena bagi anak muda dan bukan
lagi hal yang tabu.
Bicara
tentang galau, saya sendiri lupa kapan kata tersebut mulai populer dan
familiar. Sepertinya sekitar tahun lalu kata ini mulai sering digunakan jadi
kosakata sehari-hari anak-anak muda Jabodetabek. Galau identik dengan suasana
hati yang gundah gulana, tak menentu, cenderung jauh dari kebahagiaan. Galau
pun sudah mengalami perluasan makna, bukan cuma galau kehidupan romansa, tapi
juga galau akademik, galau prestasi, dan lain-lain.
Galau
kehidupan asmara, topik ini biasanya yang paling menarik kehidupan anak muda.
Topiknya bisa beragam, mulai dari naksir tapi bertepuk sebelah tangan, masih
terbayang si mantan kekasih, godaan untuk selingkuh, dan yang lumayan rentan
untuk memicu galau adalah tidak punya pasangan alias jomblo. So, terinspirasi dari dp BBM teman saya
tadi pagi, muncullah pikiran-pikiran random saya, apa sih penyebab galau? Bagaimana mengatasi galau?
Saya
mungkin belum berpengalaman dalam hal relasi, tapi satu hal yang pasti saya
tahu, syarat membangun hubungan relasi yang baik adalah kepantasan. Harus suitable
for each other. Setuju
banget sama ide Raditya Dika yang jadi paragraf pembuka di tulisan kali ini,
ketika kita menyukai seseorang, kita cenderung memuja orang tersebut. Dia jadi
terkesan begitu indah, begitu sulit digapai, begitu sempurna, sementara kita
hanya seperti ini dengan kekurangan disana-sini.
Daripada
meratapi nasib cinta yang bertepuk sebelah tangan, lebih baik mari kita
memantaskan diri agar suitable dengan
orang yang disukai. Saya ingat beberapa pasangan yang bahagia dan membuat
orang-orang iri dengan kepantasannya. Di kampus ada senior saya yang sama-sama
oke, mereka berdua sama-sama pintar, berprestasi, namun low profile. Hubungan mereka sudah berjalan dua tahun lamanya, dan
tampaknya keduanya sama-sama bangga satu sama lain, dan sama-sama bahagia. Ada
juga teman pasangan di Fakultas Kedokteran, laki-lakinya juara satu seangkatan,
sementara perempuannya persis di peringkat kedua. Wah, sama-sama keren, kan?
Pentingnya
kata sama-sama itu, karena itu tadi, harus suitable
for each other agar sama-sama bahagia. Jadi, mari memperbaiki dan
mengembangkan diri agar sama dengan orang yang disukai. Kalau kita menyukai
seseorang dengan tulus, pasti kita ingin agar si dia bersama dengan yang pantas
dengannya bukan? Bahagia sekali jika orang tersebut adalah kita :) Tenang saja,
laki-laki baik untuk perempuan baik, vice versa. Buruk-buruknya, kalau sudah
berusaha menjadi lebih baik tapi masih belum dapat, orang lain yang terbaik dan
yang terpantas pasti akan datang mengganti. Masih tidak percaya? Buktikan saja!
Ada
lagi kasus asmara yang memicu kegalauan, seperti yang dialami teman saya, sebut
saja M. M adalah wanita cantik, baik hati, dan punya kehidupan yang sempurna.
Tidak berlebihan rasanya kalau saya bilang M ini tipikal wanita idaman pria. Banyak
sekali laki-laki yang mendekatinya, namun belakangan ini si M cenderung
membatasi karena sedang dekat dengan seorang laki-laki muda mapan yang luckily bisa mencuri hati si M. Hubungan
mereka berjalan baik, lancar, dibumbui romansa-romansa yang membuat iri saya
yang kerap kali menjadi penyimak cerita mereka, tetapi yang agak mengecewakan
disini, hubungan mereka ternyata belum ada status apa-apa. Padahal, menurut
saya mereka sudah memenuhi syarat menjalin relasi yang bahagia, suitable for each other tadi. Kalau
dalam love trilogy theory, hubungan
mereka ini masih digolongkan ke dalam romantic
love saja.
Si
pria mengatakan sudah selesai masa pendekatan namun belum menentukan momen yang
tepat untuk meresmikan, padahal kedekatan mereka sudah berlangsung cukup lama.
Si pria mengatakan, tidak memiliki target untuk punya status apa-apa, selama
mereka sama-sama bahagia.
Yap,
that’s the point! Harus sama-sama
bahagia, being happy together. Dalam
kasus M diatas, jujur saja saya agak ragu keduanya sama-sama bahagia. Mungkin
pria cenderung takut komitmen, sebaliknya perempuan cenderung butuh kepastian. Yang
saya tahu, rasa galau bisa timbul di hati yang merasa tidak pasti, dalam kasus
ini si M, kalau bahasa anak mudanya, digantung.
Menggantung
hati, sama saja dengan menggantung orangnya secara langsung, merupakan sebuah
bentuk kejahatan (setidaknya menurut saya). Jadi, jika sedang berada dalam
hubungan seperti ini, pastikan untuk being
happy together, bahagia bersama. Walaupun tanpa status apapun, selama
sama-sama bahagia kegalauan bisa diminimalisir.
Bagi
mereka yang belum memiliki pasangan, tidak perlu galau juga. Mungkin hanya
masalah waktu saja, seperti kata Michael Buble dalam salah satu lagunya, Haven’t Met You Yet. Selain itu,
berbahagialah untuk yang belum punya pasangan, ambil saja sisi positifnya, kita
bisa lebih bebas, secara waktu dan pemikiran. Bisa benar-benar menikmati hidup,
mengambil keputusan sendiri, tidak perlu khawatir memikirkan perasaan orang
lain, dan bisa berteman dengan siapa saja. Meskipun, saya mengakui, seorang
yang belum punya pasangan pun suatu hari nanti harus memiliki seseorang, yang
bisa merubah hidupnya menjadi lebih baik, yang bisa menjadi teman terdekat
untuk berbagi dalam kehidupan.
Pada
dasarnya, saya termasuk orang yang percaya terhadap kekuatan cinta. Saya
meyakini pemikiran bahwa kita memerlukan orang-orang yang mencintai kita,
diluar kewajiban kita untuk mencintai orang lain. Selain itu, jika kita hidup
dikelilingi cinta, hidup akan terasa lebih indah dan lebih semangat, meski
dalam waktu yang sulit, cinta dari orang-orang terdekatlah yang akan menguatkan
kita.
Meski
begitu, tenang saja bagi mereka yang belum menemukan cintanya. Jodoh memang
misteri dari Tuhan, jodoh bisa datang kapan saja, dimana saja, dan dengan cara
yang tak diduga. Sekali lagi, ini hanya masalah waktu, percantiklah diri kita
sebaik mungkin, sembari menunggu yang terbaik akan datang :)
Anyway, saya jadi teringat ucapan seorang teman. “Cinta itu ibarat ranking satu, sama-sama butuh perjuangan keras untuk mendapatkannya.” Lucu memang, tapi bisa jadi ada benarnya.
Jenis
galau terakhir yang akan saya angkat disini adalah galau cinta dua hati,
biasanya dialami oleh orang-orang yang pasarannya terlalu tinggi, atau punya
tingkat pesona diatas kadar orang-orang pada umumnya. Orang-orang dalam
kategori ini patut bersyukur, meskipun galau menentukan, tapi mereka masih
memiliki kesempatan untuk memilih. Jujur saja galau jenis ini membuat saya
geleng-geleng kepala.
Saya punya
sahabat akrab, sebut saja si L, L ini sudah menjalin hubungan dengan pacarnya
selama empat tahun. Selama waktu tersebut, sudah banyak kumbang-kumbang yang
datang mengganggu, karena terlalu cantik sahabat saya ini saya pikir.
Si L ini dalam
perjalanan hubungannya dengan pacarnya sering sekali mengalami kebimbangan,
karena ada orang lain yang dianggap lebih baik. Padahal, sebagai teman, secara
objektif, saya pikir pacar si L ini sudah baik, sangat sabar dan setia. Apalagi
yang ingin dicari? Mungkin saya tidak merasakan sendiri, saya juga tidak ingin
menghakimi. Namun, alangkah bahagianya apabila kita bisa menetapkan hati,
menetapkan pilihan. Bahagia bersama orang yang dikasihi dan mengasihi kita, dan
tidak menduakan.
Saya
teringat obrolan saya dengan Mbak Fitri Fauziah, beliau seorang psikolog di
Fakultas Psikologi UI. Dari beliau, saya tahu kalau galau itu ternyata termasuk
gangguan kejiwaan ringan. Tapi jangan panik, secara ilmiah, gangguan kejiwaan
ringan seperti ini memang pasti pernah dialami setiap orang, termasuk saya
tentunya.
Oke,
jadi termasuk galau yang mana anda? Galau apapun itu, cinta, akademis,
prestasi, itu semua hanya masalah waktu dan usaha. Tetaplah berbahagia dan
berusaha, kebahagiaan itu akan datang kalau kita sudah memberikan yang terbaik.
Salam beauty dan salam happy!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar