Minggu, 17 November 2013



Dulu, saya punya kebiasaan yang cukup menyenangkan.

Setiap harinya saya akan meluangkan waktu sekitar sepuluh menit untuk diri saya sendiri, tanpa gangguan apapun dan siapapun. Dalam sepuluh menit itu, saya akan membiarkan otak saya untuk berpikir dan berkontemplasi. Biasanya saya sebut sebagai pemanasan otak.

Pemanasan otak ini tidak sekedar melamun belaka. Biasanya saya melakukan sambil berbaring dengan mata terpejam. Mengasah akal dan budi terkait suatu topik. Topiknya pun bermacam-macam. Satu hari saya bisa memikirkan tentang kenapa ada teman dekat saya (padahal wanita) yang selalu makan dua porsi setiap kami makan siang di kantin kampus, mengapa banyak perempuan suka hello kitty, hingga bagaimana solusi untuk mengentaskan kemiskinanan bangsa ini.

Meski sekarang saya sudah tak rutin melakukan pemanasan otak ini (dengan alasan klise, lupa atau sibuk), tapi saya menyadari bahwa pemanasan otak ini sangat bermanfaat bagi otak. Saya sendiri melakukan hal ini setelah seorang teman yang sosoknya inspiratif memberi tahu hal ini dapat mengasah otak, melatih berpikir sistematis dan rasional, juga melatih akal dan budi. Karena akal dan budi manusia merupakan hal yang penting bagi kehidupan.

Pemanasan otak ini juga bisa memberikan waktu untuk diri sendiri. Kadang kala manusia lupa untuk memberi waktu untuk benar-benar memikirkan diri sendiri, mengisi diri sendiri, terlebih orang altruis. Pekerjaan yang menumpuk, rutinitas ketat, adanya orang-orang lain yang harus diperhatikan dan diberi kasih sayang. Hal-hal tersebut memang berguna untuk manusia, tapi akan lebih baik jika kita memberi dan mengisi kebahagiaan diri kita dulu, sampai melimpah hingga kita bisa mencurahkan kebahagiaan tersebut untuk pekerjaan kita, dan orang-orang yang seharusnya kita cintai.

How can you expect somebody will be happy with you if you’re not happy with yourselves? How can you expect somebody love you unconditionally if you yourselves don’t?

Tidak ada komentar: