Dulu, saya punya kebiasaan yang
cukup menyenangkan.
Setiap harinya saya akan
meluangkan waktu sekitar sepuluh menit untuk diri saya sendiri, tanpa gangguan
apapun dan siapapun. Dalam sepuluh menit itu, saya akan membiarkan otak saya
untuk berpikir dan berkontemplasi. Biasanya saya sebut sebagai pemanasan otak.
Pemanasan otak ini tidak sekedar
melamun belaka. Biasanya saya melakukan sambil berbaring dengan mata terpejam.
Mengasah akal dan budi terkait suatu topik. Topiknya pun bermacam-macam. Satu
hari saya bisa memikirkan tentang kenapa ada teman dekat saya (padahal wanita) yang
selalu makan dua porsi setiap kami makan siang di kantin kampus, mengapa banyak
perempuan suka hello kitty, hingga bagaimana solusi untuk mengentaskan
kemiskinanan bangsa ini.
Meski sekarang saya sudah tak
rutin melakukan pemanasan otak ini (dengan alasan klise, lupa atau sibuk), tapi
saya menyadari bahwa pemanasan otak ini sangat bermanfaat bagi otak. Saya
sendiri melakukan hal ini setelah seorang teman yang sosoknya inspiratif memberi
tahu hal ini dapat mengasah otak, melatih berpikir sistematis dan rasional, juga
melatih akal dan budi. Karena akal dan budi manusia merupakan hal yang penting
bagi kehidupan.
Pemanasan otak ini juga bisa
memberikan waktu untuk diri sendiri. Kadang kala manusia lupa untuk memberi
waktu untuk benar-benar memikirkan diri sendiri, mengisi diri sendiri, terlebih
orang altruis. Pekerjaan yang menumpuk, rutinitas ketat, adanya orang-orang
lain yang harus diperhatikan dan diberi kasih sayang. Hal-hal tersebut memang
berguna untuk manusia, tapi akan lebih baik jika kita memberi dan mengisi
kebahagiaan diri kita dulu, sampai melimpah hingga kita bisa mencurahkan
kebahagiaan tersebut untuk pekerjaan kita, dan orang-orang yang seharusnya kita
cintai.
How can you expect somebody
will be happy with you if you’re not happy with yourselves? How can you expect
somebody love you unconditionally if you yourselves don’t?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar